ketika kau katakan
"cinta itu bukan sepenggal kata"
aku seperti bermandi riak awan
tubuk ku tergulung putih awan yang berlarian
setengah dari tubuhku membeku terhentak
sedang sebagian lain nya terbius akan bisik alam yang terselimuti langit biru cerah
ketika kesempurnaan bukan lagi hal yang di utamakan
kita seperti barisan anak tangga yang saling menopang
menuju ruang bahagia akan hidup sebenarnya
barisan ini tak bisu,
walau langkah nya bak langkah semut yang mengendap
tapi...
kokoh nya dapat mengangkat berlipat-lipat beban untuk kehidupan kelak
kali ini
saat ini
detik ini
mungkin...
aku hanya bisa mendekap mu dalam hitungan waktu yang terbatas
namun...
kelak bila tiba wktunya...
izinkan aku menjadi imam dan bulir detak waktu untuk terus menjagamu
menjaga ruang cinta kita
menjadi payung kala hujan tiba
menjadi pohon rindang ketika panas menyengat
serta menjadi perahu yang siap mengantar mu ke arah tujuan kita
walau aku...
hanya secuit cinta yang harus kau bagi untuk keluarga, buah hati, serta cinta akan dunia mu kelak
Bandung, 05 desember 2012
mungkin kalian bertanya ada apa dengan pak tani yang seringkali melamun di tengah padang ilalang? mengapa iya selalu menyapa sapi-sapi gembala nya.tak pernah lain dan tak juga bukan karna mimpi tak dapat di beli. sedang untuk makan sehelai ilalang saja dia harus terus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. tapi banyak juga yang tak pernah mengerti siapa pak tani ini
Kamis, 06 Desember 2012
Rabu, 04 April 2012
puisi adinda, untuk keluarga
tinta berwarna biru kembali tertoreh
dalam balik semak belukar dia pun keluar
tanpa mengenakan sehelai pakaian
berlari mengejar cahaya terang yang hadir di mimpinya
tubuhnya membungkuk
menyusup di antara
kakinya tertatih
terseok bukan alasan karena
dalam perjalanan harapan, tak dapatkan sebulir pun ketenangan
kerinduan akan rumah, di tepiskan untuk sebuah pembenaran
hai yang tercinta disana
bukan diri ini enggan mengetuk pintu rumah
namun berikan waktu sedetik saja untuk bertelanjang di luar sana
sebelum akhirnya aku kan kembali dengan baju yang utuh dan bersih
kabar ku, terselip di antara doa
tak pernah luput bayang kalian di benak ananda
karna dzikir dan tasbih ku terucap untuk keselamatan dan lindungan yang kuasa
agar kelak bahagia tak kan ternoda
dalam balik semak belukar dia pun keluar
tanpa mengenakan sehelai pakaian
berlari mengejar cahaya terang yang hadir di mimpinya
tubuhnya membungkuk
menyusup di antara
kakinya tertatih
terseok bukan alasan karena
dalam perjalanan harapan, tak dapatkan sebulir pun ketenangan
kerinduan akan rumah, di tepiskan untuk sebuah pembenaran
hai yang tercinta disana
bukan diri ini enggan mengetuk pintu rumah
namun berikan waktu sedetik saja untuk bertelanjang di luar sana
sebelum akhirnya aku kan kembali dengan baju yang utuh dan bersih
kabar ku, terselip di antara doa
tak pernah luput bayang kalian di benak ananda
karna dzikir dan tasbih ku terucap untuk keselamatan dan lindungan yang kuasa
agar kelak bahagia tak kan ternoda
Rabu, 14 Maret 2012
puisi ku subuh tadi
di pagi hari
ketika sang ayam pamerkan suara terindah nya
saat mentari baru menyempurnakan warna terang nya
kala itu diri bersumpah dan bertatap langsung dengan sang khalik
di dalam tasbih dan takbirnya
terurai air mata
teringat akan terompet sangsakala kelak
apa yang akan bisa aku ucapkan pada saat berada di padang mashar?
apa yang dapat membantuku di kala hari perhitungan kelak?
ya robb.....
diri yang mungil dan kerdil di hadapan mu
memohon ampun akan beribu-ribu kelalaian serta kesalahan yang telah di perbuat
ya robb...
apa masih bisa diri tertawa dan bertindak santai ketika hari itu datang?
mungkin aku berhak untuk meminta
tapi apa layak meminta sesuatu dengan tanpa mempertimbangkan kadar?
sejenak suasana hening
berada di kerumunan, namun sepi
hanya mata-mata yang seperti menghujam ke arah ku
sejenak...
diri sejenak....
jatuh dan tak berdaya di ladang dosa
ya robb....
pantaskah keimanan ini dan pertaubatan ini di pertanyakan?
aku merasa seperti bakteri yang terombang ambing di tengah lautan
ingin menjadi berguna di ladang fana
dan berharap keimanan ini tak pupus di terjang zaman
bandung, 14 maret 2012
(dalam mimpi terkurung sepi)
ketika sang ayam pamerkan suara terindah nya
saat mentari baru menyempurnakan warna terang nya
kala itu diri bersumpah dan bertatap langsung dengan sang khalik
di dalam tasbih dan takbirnya
terurai air mata
teringat akan terompet sangsakala kelak
apa yang akan bisa aku ucapkan pada saat berada di padang mashar?
apa yang dapat membantuku di kala hari perhitungan kelak?
ya robb.....
diri yang mungil dan kerdil di hadapan mu
memohon ampun akan beribu-ribu kelalaian serta kesalahan yang telah di perbuat
ya robb...
apa masih bisa diri tertawa dan bertindak santai ketika hari itu datang?
mungkin aku berhak untuk meminta
tapi apa layak meminta sesuatu dengan tanpa mempertimbangkan kadar?
sejenak suasana hening
berada di kerumunan, namun sepi
hanya mata-mata yang seperti menghujam ke arah ku
sejenak...
diri sejenak....
jatuh dan tak berdaya di ladang dosa
ya robb....
pantaskah keimanan ini dan pertaubatan ini di pertanyakan?
aku merasa seperti bakteri yang terombang ambing di tengah lautan
ingin menjadi berguna di ladang fana
dan berharap keimanan ini tak pupus di terjang zaman
bandung, 14 maret 2012
(dalam mimpi terkurung sepi)
Selasa, 28 Februari 2012
PUISI perdebatan antara yang hidup dan kehidupan
bila rangkaian itu tak pernah termakan waktu
mungkin tak akan ada persimpangan antar dua logika di sini
bila harus kata-kata terangkai di tungku perapian
mungkin hanya hiasan sempurna akan sebuah huruf-huruf acak
di antara kesempurnaan yang kita harapkan
semua berbentuk semu dan ungkapan yang menggebu-gebu
serta fikiran akan sebuah salah yang terus menelusuri sanubari
tapi pernahkah coba untuk merasakan
kesempurnaan dari sebuah keihklasan
di sini
di ruang yang tak pernah tersentuh
ada yang hidup namun mati suri
berharap berfungsi, namun diri tak ingin menyentuhnya sama sekali
di sini
saat kelam menjadi perbandingan
hati di abaikan dan logika menjadi misiu untuk membudik target
sampai pada waktu berkata
"pemakaman yang belum waktunya
tapi terasa percuma karna hidup tak di maknain dengan semestinya"
mungkin tak akan ada persimpangan antar dua logika di sini
bila harus kata-kata terangkai di tungku perapian
mungkin hanya hiasan sempurna akan sebuah huruf-huruf acak
di antara kesempurnaan yang kita harapkan
semua berbentuk semu dan ungkapan yang menggebu-gebu
serta fikiran akan sebuah salah yang terus menelusuri sanubari
tapi pernahkah coba untuk merasakan
kesempurnaan dari sebuah keihklasan
di sini
di ruang yang tak pernah tersentuh
ada yang hidup namun mati suri
berharap berfungsi, namun diri tak ingin menyentuhnya sama sekali
di sini
saat kelam menjadi perbandingan
hati di abaikan dan logika menjadi misiu untuk membudik target
sampai pada waktu berkata
"pemakaman yang belum waktunya
tapi terasa percuma karna hidup tak di maknain dengan semestinya"
Senin, 06 Februari 2012
UNDANGAN TERBUKA ANTOLOGI PUISI 100 PENYAIR UNTUK PELACUR (DL 10 Februari 2012)
UNDANGAN TERBUKA ANTOLOGI PUISI 100 PENYAIR UNTUK PELACUR (DL
10 Februari 2012)
Seringkali kita menganggap bahwa seorang pelacur adalah mereka yang tak berbudi, bernaluri hewani, bahkan tak punya harga diri. Sebuah pertanyaan yang harus kita garis bawahi dan jawab bersama; apakah mereka (yang mengatakan pelacur sama dengan hewan) lebih baik dari seorang pelacur? bagaimana bila mereka berada dalam posisi sebagai seorang pelacur?
Pelacur juga punya hak hidup, menyampaikan aspirasi, dan bersosial dengan yang lain. lantas apakah kita akan bisa menerima mereka dalam hidup ini kalau kita meng-klaim bahwa mereka adalah segerombolan hewan yang berwajah manusia.
Berangkat dari itulah kami dari Komunitas Sanggar Gladakan mengundang teman-teman dalam antologi puisi 100 PENYAIR UNTUK PELACUR. Mari kita angkat martabat saudara-saudara kita itu dari kaleng-kaleng paradigma kotor, stigma-stigma negative yang memvonis sebagai sampah masyarakat. Dan mari kita sandingkan mereka sejajar dengan kita.
Ketentuan Umum:
1. peserta adalah mereka yang peduli terhadap masalah-masalah sosial
2. tidak ada batasan usia dan jenjang pendidikan
3. terbuka untuk umum baik penulis dalam negeri maupun luar negeri
Ketentuan Khusus:
1. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik & online.
2. Puisi tidak sedang diikutkan dalam sayembara atau sudah diterbitkan dalam antologi lainya.
3. Puisi adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan atau plagiat.
4. Puisi minimal satu kata.
5. Naskah diketik dengan komputer di atas kertas A4 dengan jarak spasi 1,5. Times New Roman, panjang naskah maksimal 2 halaman.
6. Peserta menyertakan biodata narasi dan alamat lengkap yang ditempatkan pada bagian akhir puisinya, serta foto terbaru di file terpisah (di attach file kirim email).
7. Memiliki akun FB dan memposting info undangan ini di catatan FB masing-masing dengan mengetag teman minimal 25 teman beserta Komunitas Sanggar Gladakan Tuban.
8. Peserta hanya boleh mengirim maksimal 3 pusi terbaiknya.
9. Naskah di kirim ke email: sanggargladakan@yahoo.co.id dengan subjek email:PUISI_AKU DAN PELACUR
10. Naskah dikirim paling lambat 10 Pebruari 2012 pukul 23.59 WIB.
11. Pengumuman puisi terpilih pada tanggal 15 Februari 2012.
12. Panitia hanya mememilihl 2 puisi terbaik dari masing-masing penyair.
13. panitia hanya memilih 100 penyair yang akan dibubukan oleh panitia.
Tema Puisi:
Pelacur; mereka sama dengan kita.
copas sini
Seringkali kita menganggap bahwa seorang pelacur adalah mereka yang tak berbudi, bernaluri hewani, bahkan tak punya harga diri. Sebuah pertanyaan yang harus kita garis bawahi dan jawab bersama; apakah mereka (yang mengatakan pelacur sama dengan hewan) lebih baik dari seorang pelacur? bagaimana bila mereka berada dalam posisi sebagai seorang pelacur?
Pelacur juga punya hak hidup, menyampaikan aspirasi, dan bersosial dengan yang lain. lantas apakah kita akan bisa menerima mereka dalam hidup ini kalau kita meng-klaim bahwa mereka adalah segerombolan hewan yang berwajah manusia.
Berangkat dari itulah kami dari Komunitas Sanggar Gladakan mengundang teman-teman dalam antologi puisi 100 PENYAIR UNTUK PELACUR. Mari kita angkat martabat saudara-saudara kita itu dari kaleng-kaleng paradigma kotor, stigma-stigma negative yang memvonis sebagai sampah masyarakat. Dan mari kita sandingkan mereka sejajar dengan kita.
Ketentuan Umum:
1. peserta adalah mereka yang peduli terhadap masalah-masalah sosial
2. tidak ada batasan usia dan jenjang pendidikan
3. terbuka untuk umum baik penulis dalam negeri maupun luar negeri
Ketentuan Khusus:
1. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik & online.
2. Puisi tidak sedang diikutkan dalam sayembara atau sudah diterbitkan dalam antologi lainya.
3. Puisi adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan atau plagiat.
4. Puisi minimal satu kata.
5. Naskah diketik dengan komputer di atas kertas A4 dengan jarak spasi 1,5. Times New Roman, panjang naskah maksimal 2 halaman.
6. Peserta menyertakan biodata narasi dan alamat lengkap yang ditempatkan pada bagian akhir puisinya, serta foto terbaru di file terpisah (di attach file kirim email).
7. Memiliki akun FB dan memposting info undangan ini di catatan FB masing-masing dengan mengetag teman minimal 25 teman beserta Komunitas Sanggar Gladakan Tuban.
8. Peserta hanya boleh mengirim maksimal 3 pusi terbaiknya.
9. Naskah di kirim ke email: sanggargladakan@yahoo.co.id dengan subjek email:PUISI_AKU DAN PELACUR
10. Naskah dikirim paling lambat 10 Pebruari 2012 pukul 23.59 WIB.
11. Pengumuman puisi terpilih pada tanggal 15 Februari 2012.
12. Panitia hanya mememilihl 2 puisi terbaik dari masing-masing penyair.
13. panitia hanya memilih 100 penyair yang akan dibubukan oleh panitia.
Tema Puisi:
Pelacur; mereka sama dengan kita.
copas sini
Langganan:
Postingan (Atom)