Selasa, 08 Februari 2011

puisi ku malam ini


NYANYIAN SEPI

saat kamu berada di persimpangan
jangan biarkan arus membawa mu
tapi tetapkan standar mu dengan penuh keyakinan

karna hitam adalah hitam
dan waktu tetaplah berjalan pada alur yang telah di tetapkan

mungkin pujangga berkata
“aku gunakan hati dalam  menulis
dank u lukis wajah mu dengan baris-baris puisi
aku memeluk mu layaknya sang pemimpi
di kejar untuk dapat memiliki”

tapi pujangga tetap menyendiri
dalam lorong dia bernyanyi
karna sepi lebih baik dari pada sunyi
dan di sini ada senyum pucat pasih yang tergambar pasti

dalam langkah kembali terdiam dan sepi
saat mala mini
ketika lentera padamkan cahaya nya…

bandung, 8 februari 2011

Selasa, 01 Februari 2011

pak tua dan odong-odong


PAK TUA DAN ODONG-ODONG
Odong-odong di pinggiran kota
Berputar demi sesuap nasi
Beri senyum keriangan wajah pucat pasih

Berlari kaki-kaki mungil pinggiran
Mendekat, menaiki dengan riang
Lembar 1000 rupiah berubah menjadi senyum indah
Dan kemudian terhenti di warteg kumuh dekat TPA

Jengkol, sayur sop dan ikan teri
Menu istimewa mengobati gelisah cacing di perut
Sepuntung rokok di saku
Di bakar kemudian dimatikan lagi
Sisakan untuk sore dan malam hari
Sisa nasi 3 butir di saku kemeja lusuh
Pengobat lengking lapar ketika tidur nanti

Pak tua berbaring lah pulas
Esok kembali dengan senyum 3 jari yang kamu miliki
Ulurkan kayuhan untuk senyum orang-orang yang terbuang

Semoga kelak di surga kau dapat kemewahan yang setimpal

Bandung, 29 januari 2011