Rabu, 23 Juni 2010

sajak masa transisi

berjalan menghindari paku" yang tak nampak
tersebar bebas
berkeliaran tanpa batas...
selalu meraba dan tak dapat berkata
untuk berteriak mulut terbungkam
karna aku, saya dan kami sedang melakukan unjuk rasa
dengan menjahit mulut kami

aku di gelandang paksa
aku di lempar ke luar dengan keji
lalu di masukkan dalam lubang kegelisahan sejuta pemikir

di sini
di rumah yang berwarna putih
keluh kami tergores di dinding nya
resah kami tersayat di dalam nya

teriak kami jadi cahaya matahari
untuk menghibur hati yang tak lagi dapat menonton sinetron

hidangan belatung selalu kalian sajikan setiap pagi
sedang siang harinya
kencing babi hutan harus terpaksa kami tenggak
agar tak dehidrasi kami

jogja. banten. aceh dan karawang
kami di tendang dan di gelandang
naik turun mobil bersuara bising dengan tubuh terikat karung

sampai akhirnya hari itu tiba
ketika kami dapat membuat lubang menjadi mengaga
dan keluar dari liang tinja
kemudian memberondong kalian dengan lemparan tulang belulang dari sahabat kami
yang mati karna konspirasi dan permainan onani antara menir dan noni

8 komentar:

  1. wow.. keren, tapi aku kurang mengerti, Menir dan Noni tu jaman belanda bukan hehe,

    belatung = nasi tha :P

    salam kenal ya ^_^

    BalasHapus
  2. pagi sob
    mantap juga sajak-Nya
    salam blogger dari saya

    BalasHapus
  3. aby umy : sabar ya nak... dan tetep positif thinking ja ya...

    BalasHapus
  4. sangat inspiratis pak tani.....nice poetry....salam kenal

    BalasHapus