Selasa, 01 Februari 2011

pak tua dan odong-odong


PAK TUA DAN ODONG-ODONG
Odong-odong di pinggiran kota
Berputar demi sesuap nasi
Beri senyum keriangan wajah pucat pasih

Berlari kaki-kaki mungil pinggiran
Mendekat, menaiki dengan riang
Lembar 1000 rupiah berubah menjadi senyum indah
Dan kemudian terhenti di warteg kumuh dekat TPA

Jengkol, sayur sop dan ikan teri
Menu istimewa mengobati gelisah cacing di perut
Sepuntung rokok di saku
Di bakar kemudian dimatikan lagi
Sisakan untuk sore dan malam hari
Sisa nasi 3 butir di saku kemeja lusuh
Pengobat lengking lapar ketika tidur nanti

Pak tua berbaring lah pulas
Esok kembali dengan senyum 3 jari yang kamu miliki
Ulurkan kayuhan untuk senyum orang-orang yang terbuang

Semoga kelak di surga kau dapat kemewahan yang setimpal

Bandung, 29 januari 2011

3 komentar:

  1. keikhlasan senyuman dari seorang yang mengayuh odong-odong kadang jarang ditemukan ya :)

    kesabaran dan keikhlasannya menghadirkan tawa riang semoga menjadi bekal untuknya nanti :)

    BalasHapus
  2. saya senang bgt dgn puisi ini, melebihi saya menyukai puisi2 Widji Tukul...tp yg saya agak heran, kenapa kita selalu melarikan diri ke surga?? janji2 mengenai kebahagian surga, kadang bagi saya membuat negri kita tak maju...

    BalasHapus
  3. orang-orang kecil dengan pemikiran yang sederhana, sesungguhnya mereka lah orang yang berbahagia

    BalasHapus