Minggu, 04 April 2010

RANGKAIAN

mari kita bergerak. aku tau kalian sudah gerah dengan keadaan sekarang, jadi apa lagi yang kita tunggu, kita kaum muda dimana pikiran dan tenaga kita masih lebih berkoar dari pada mereka apa lagi yang kita takut kan? kalian mau melihat negri ini hancur? negri ini berada di tangan orang yang salah, mari kita bergerak lanjutkan perjuangan pejuang kita dulu untuk menegakkan keadilan dan negara yang bersih akan segala macam tindak tanduk KKN. kata seorang yang menganggap dirinya adalah benar dan mengaku seorang aktifis yang sangat demokratis.
pergi dari satu kampus ke kampus lain menyuarakan dan terus menghasut kaum muda untuk mengikuti apa yang iya pikirkan, dan mengharap agar mereka yang sepaham dengan nya untuk jangan duduk melamuni keadaan, memang keyakinannya ga salah, bahwa mahasiswa dapat merubah keadaan negri ini.
sampai pada satu titik semua mahasiswa bersatu, karna mereka menganggap bahwa memang benar seandainya kita terus berpangku tangan pada keadaan sekarang kita akan mati dengan tidak wajar, mereka yang tidak tau apa, mengapa dan apa harus mereka lakukan. akhirnya setuju ya kita harus bangkit bahkan sampai darah menjadi taruhannya pun akan kami lakukan untuk generasi kami selanjutnya...
perang komunikasi dan jerit raungan dalam telpon dan surat kaleng tersebar pada waktu itu.
dan kampus mana yang tidak ikut bergerak, sering kali mendapatkan teror dan surat kaleng berisikan pakaian dalam wanita, yang artinya bahwa mahasiswa kampus tersebut adalah banci dan setia dengan keadaan yang akan membunuhnya perlahan-lahan..
berita itu tersebar di segala penjuru indonesia, terjadi demo-demo kecil di setiap daerah, awal dari demo besar, polisi yang sedang asik tertidur merasa terusik seketikan. bertanya" ada apa dengan situasi ini? mengapa tiba" gerombolan kelinci ini menjadi beringas?
dengan tameng lengkap di badannya mereka bergegas dan tak menyadari bahwa ini adalah serangan awal yang akan di luncurkan oleh berjuta" kepala di luar sana.

hari kini berubah menjadi gelap, malam datang teramat cepat. tapi di balik gelap beribu orang sedang mengundang emosi jiwa mereka, membuat suasana dalam ruangan itu seketika terang benderang.

dengan shal, dan jas almamater masih melekat. mereka meneriakkan besok awal untuk hari yang cerah, oleh karna itu persiapka diri kita untuk berperang esok hari.
kabar tersebut sudah sampai pada kaum politisi dan pada para pemilik tameng besi, mereka pun telah bersiap" untuk pertempuran...

berondongan ribuan butir pelluru dari segala penjuru menuju ke arah yang tak pernah tentu. berniat membubarkan kawanan serangga di tengah gurun pasir picik elit politik, dari mulai gas air mata, peluru yang tebuat dari baja, sampai darah sang merah putih pun di hempaskan.

tak gentar akan itu semua, karna tekat yang mereka pikir adalah benar, karna reformasi kata mati untuk sebuah komunikasi politik yang bebas tapi beradab.tapi mereka yang belum sempat menginjakkan kakinya di antara deras ombak jiwa camar" telah dengan mudah terseret dan tenggelam sampai tak terlihat lagi di mana arah dirinya timbul..

terus bergerak
mereka hanya boneka yang akan dengan mudah kita lawan.
ingat akan apa yang kita telah rencanakan untuk anak cucu kita kelak
yang seharusnya kita patahkan adalah para capung" yang terus memakan dedaaunan di dalam sana. karna mereka telah membuat kita kehilangan ladang dan pikiran yang dullu selalu di masuki udara segar..

"teriak seorang yang menggunakan jaket berwarna orange"

tumpah darah terjadi dimana"
tak hanya lautan amarah dimana"
namun juga diikuti lautan merahnya api yang dengan buah menghanam apa saja di hadapan mereka.

kita belum enang, ini awal untuk hari esok yang cerah. selalu satu dalam barisan dan ikat erat syal di kepala kalian sebagai tanda kalian adalah pejuang yang takan pernah terlupakan nantinya, karna sejarah baru akan kitatulis dengan tinta emas sekarang..
"laju teriak seorang yang tak kami kenal dengan semangat melebihi semangat pejuang 45"

setiap kami kembali ke peraduan selalu saja kami mampir lebih dulu ke tepat pemakaman, karna satu persatu pejuang tumbang dimakan pikiran untuk menang..

namun itu tak sia" karna mereka akhirnya bergerak mmundur dan sang belalang tua pun sudah tak dapat lagi menikmati duduk di singgahsana nya..

teriak kemenangan dan haru tangis untuk sang kawan dimana",. kini kami yang berkuasa.berharap kami dapat membentuk politik baru yang enarik dan benar" adil...


namun arah angin membaa angan itu entah kemana. arah yang dullu di tuju sirna. tak tau kemana pergi lamunan dan jiwa yang telah pergi menuju sang kuasa?

kini apa ini rangkaian murni, atau hanya benak kotor untuk gaya politik picik?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar