Sabtu, 25 September 2010

dilema

kembali terkapar di persimpangan
ketika ribuan orang berlarian menulis sajak cinta
sedangkan di depan mata ribuan orang mati terkapar
dengan terus mengencangkan ikat pinggang mereka

kembali tanda tanya besar mampir di kepala
saat harus tertidur berbantal gundah gulana
tentang saudara yang menunggu mati di tepi kubur
juga tentang bayi yang di rebus karna sudah tak bisa beli nasi

dari linangan imajinasi yang terkumpul
hanya menjadi janji-janji basi

serigala merauk keuntungan dari balik jeruji
makelar menarik pedati milik pengembara
lambang keadilan di permainkan bak bola tangkas
tuak kencing kuda di siram ke para janda-janda muda

ketika di atas langit pecah akan rasa
karna para penjudi sedang gila menyiksa

3 komentar:

  1. banyak hal terjadi didepan mata yang kadang tak sesuai dengan apa yang sedang dirasakan... >.<

    BalasHapus
  2. Saya hanya bisa sedih dan marah pada diri sendiri saat melihat ketidak adilan seperti itu..

    Dimana-mana terdapat ketidak adilan, saya sering bertanya "kenapa" jawaban yg saya dapat hanyalah "ya begitulah"

    :(

    BalasHapus
  3. kadang kita hanya bisa menyaksikan dgn perasaan miris dan iba tapi tak bisa berbuat apa2.

    apa kabar pak ?

    BalasHapus