waktu aku kecil dulu orang-orang sekitar ku dan kawan-kawan ku seringkali kagum ama gua, entah beneran kagum atau cuma berpura" kagum, mereka bilang " kami kagum sama lo, pemikiran lo dewasa, dan lo murah senyum, semua lo hadapin dengan kepala dingin, n lo bisa bikin orang" betah ketika sama lo." beuh jujurnya terbang gua waktu itu, bahkan idung gua pun mengeerakkan gerakan pust up sampe tak tentu gerakannya...
dia bilang, mungkin keadaan yang bikin lo dewasa belom pada saatnya, tapi kita cukup seneng dengan semua masukan lo...kata temen gua entah memuji atau menghina....
namun ketika sekarang, ketika umur gua sudah melewati usia belasan, malah gua sendiri pikiran gua berubah, apa yang dulu bikin gua terus berpikir malah hilang...apa mungkin itu juga keadaan yang membuatnya berubah????
sebenernya tak ada yang salah dengan keadaan, dan tak ada yang berubah dengan keadaan, namun kita yang sering berburuk sangka dengan keadaan, dan tak mungkin keadaan itu ada seandainya kita memikirkan keadaan itu, jadi tak mungkin dan tak benar apabila kita menyalahkan keadaan, kan kasian dia yang ga tau apa" tiba" disalahin, dasar keadaan....
kadang kasian juga ya sama keadaan, mungkin kalo gua bisa berkata n menjaga terus keadaan gua bakalan jaga dia n memelihara dia biar dia ga terlalu lebih sering keluar rumah sehingga kembali di salahkan oleh para pemilik isi kepala yang tak berujung....
makanya aku ga pernah mau tau caranya, tak pernah mau memikirkan akan waktu, supaya aku tak ikut"an menyalahkan keadaan, aku cuma ingin terus mengasah kemampuanku yang masih terlalu bodoh, karna seringkali memikirkan hal negativ dan amat sering merasuki hal yang tak seharusnya aku lakukan, cuma membodohi diri sendiri....
mungkin kalian bertanya ada apa dengan pak tani yang seringkali melamun di tengah padang ilalang? mengapa iya selalu menyapa sapi-sapi gembala nya.tak pernah lain dan tak juga bukan karna mimpi tak dapat di beli. sedang untuk makan sehelai ilalang saja dia harus terus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. tapi banyak juga yang tak pernah mengerti siapa pak tani ini
Kamis, 15 April 2010
untuk diri
mari bicara
tapi tanpa mengeluarkna kata"
kita yakin kita bisa
memahami apa yang kita lihat .dengar. dan rasakan
tidak menggunakan hal telanjang
tanpa pikiran buruk yang selalu mengusik
lebih baik kita berjalan apa adanya
tanpa memikirkan pikiran orang sekitar
kita egois untuk hari ini
dan bahkan mungkin untuk seterusnya
karna tak pernah ada guna
kita memikirkan orang lain..
karna kita memang terlalu pintar untuk menjadi sang komentator
sedang kita terjepit pa bila kita menjadi pemain
lihat luka di kaki kita
jangan pernah melihat borok di kaki dia
buang dulu belatung di lumbung hati kita
jangan menguruskan cacing yang menggeliat di antara indra mereka
kita manusia
memang makhluk sosial
tapi jangan menjadi sok
sehingga kita akan menjadi sok...sial...
hah...
bukan untuk sang pengemis yang selalu kita beri di setiap kita melihatnya
bukan untuk sebungkus nasi yang kita beri ketika kita sedang melintas di bawah kaki langit
bukan untuk uang receh yang kita lempar untuk tukang parkir di tempat portitusi
tapi ini untuk diri kalian
coba berkaca
mungkin kaca pun enggan melihat diri kalian
atau mungkin bahkan akan pecah kaca ketika melihat wajah kalian
tak layak hujan menyentuh tubuh kalian
mungkin sangat hina baginya
ya....
menusia
hina karna dirinya
dan gagal karna dirinya
namun waktu dan keadaan yang selalu di anggap salah?
ada apa?
tak pantas....
keegoisan menggambarkan dunia saat ini
kita sangat mudah menyepelekan TUHAN
kita dengan mudah menyalahkan TUHAN
dibanding menyalahkan diri sendiri?
berakal
namun tak berotak...
berpikir
tapi tak bermakna...
bila enggan berkaca karna takut melihat wajah sendiri
tak ada salahnya pa bila berkaca seekor monyet yang berwujud menyerupai manusia
agar kita tak terlalu terhina
akan tingkah laku kita....
tapi tanpa mengeluarkna kata"
kita yakin kita bisa
memahami apa yang kita lihat .dengar. dan rasakan
tidak menggunakan hal telanjang
tanpa pikiran buruk yang selalu mengusik
lebih baik kita berjalan apa adanya
tanpa memikirkan pikiran orang sekitar
kita egois untuk hari ini
dan bahkan mungkin untuk seterusnya
karna tak pernah ada guna
kita memikirkan orang lain..
karna kita memang terlalu pintar untuk menjadi sang komentator
sedang kita terjepit pa bila kita menjadi pemain
lihat luka di kaki kita
jangan pernah melihat borok di kaki dia
buang dulu belatung di lumbung hati kita
jangan menguruskan cacing yang menggeliat di antara indra mereka
kita manusia
memang makhluk sosial
tapi jangan menjadi sok
sehingga kita akan menjadi sok...sial...
hah...
bukan untuk sang pengemis yang selalu kita beri di setiap kita melihatnya
bukan untuk sebungkus nasi yang kita beri ketika kita sedang melintas di bawah kaki langit
bukan untuk uang receh yang kita lempar untuk tukang parkir di tempat portitusi
tapi ini untuk diri kalian
coba berkaca
mungkin kaca pun enggan melihat diri kalian
atau mungkin bahkan akan pecah kaca ketika melihat wajah kalian
tak layak hujan menyentuh tubuh kalian
mungkin sangat hina baginya
ya....
menusia
hina karna dirinya
dan gagal karna dirinya
namun waktu dan keadaan yang selalu di anggap salah?
ada apa?
tak pantas....
keegoisan menggambarkan dunia saat ini
kita sangat mudah menyepelekan TUHAN
kita dengan mudah menyalahkan TUHAN
dibanding menyalahkan diri sendiri?
berakal
namun tak berotak...
berpikir
tapi tak bermakna...
bila enggan berkaca karna takut melihat wajah sendiri
tak ada salahnya pa bila berkaca seekor monyet yang berwujud menyerupai manusia
agar kita tak terlalu terhina
akan tingkah laku kita....
Langganan:
Postingan (Atom)