Kamis, 27 Januari 2011

CATATAN GAYUS KAH INI?




CATATAN GAYUS KAH INI?

Aku terantuk batu
Diriku masuk ke arena perjudian
Mati lah kini kejujuran yang lama ku pertahankan

Membuat nangis keluarga
Membuat makelar kebakaran jenggot

Hutan-hutan yang bersarang di gedung hijau
Berubah warna menjadi merah
Kepalan tangan di malam hari
Mengganggu tidur dan mimpi indah

Rekaman video dan perbincangan di rubah menjadi lembar rupiah
Agar diri tak mati dalam tembok derita


BANDUNG 25 JANUARI 2011


PUISI KAMPUNG ANTAH BERANTAH


KAMPUNG ANTAH BERANTAH

KURAWA
KURAWA
KURAWA
KURAWA

KURCACI
KURCACI
KURCACI
KURCACI

BIDAK CATUR
BIDAK CATUR
BIDAK CATUR
BIDAK CATUR

PARA PENGUASA MENGANGKANG
IBLIS, SETAN DAN RAJA-RAJA TERTAWA
BERSULANG DI JAMUAN KAMBING GULING

TIK TAK TAK TIK
LICAK CILIK CICAK
BULUS LICIN BELUT

TEKUKUR PERKUTUT KUTILANG KAU KARNA TAK MENGGUNAKAN HELM
BUNTING SINTING MIRING ANTING GILING SAWAH MENJADI LADANG PORTITUSI
DEBAT SIDAK SIDIK TELISIK KASUS MANIPOLITIK
AKAL PICIK LICIK PELIK DALAM GEDUNG MEWAH BERLINANG TAHTA DAN KEJAYAAN
DECIT KENING KERUPUT DARI LADANG YANG DI GONDOL ORANG
DI BOYONG KE NEGRI ORANG BERJUBAH PENDIDIKAN

DASI KEMEJA SAFARI DASTER MEROSOT BUNTING LAH IBU PERTIWI
MELAHIRKAN GILA MENGGILA DI GILAI MENGGELIAT
MELIHAT CACING DI KAMPUNG TENGAH MULAI GEMBUL DENGAN MERAH DARAH SEGAR



BANDUNG 25 JANUARI 2011





Senin, 24 Januari 2011

mari kunjungi salon sastra

setelah sekian lama pencarian saya tentang dunia sastra. akhirnya dengan berbangga hati saya pun ikut bergabung di dalam wadah yang sangat indah dan penuh kekeluargaan. namanya salon sastra, bagi kalian yang mencintai sastra, atau bentuk seni yang sangat menawan dan jujur ini, silahkan untuk bergabung dan berkunjung di sini
di jamin ga akan rugi dan di jamin pasti seru.
garansi uang kembali.....

kita telah melakukan rekaman dan sekarang memasuki volume 3.

salah satu bentuk rekaman saya bisa kalian lihat di sini

ayo segera bergabung, dan tunjukkan bakat terpendam mu

puisi KATA ACAK, PASAK, MASAK DAN MERANGSAK

kidung cahaya senja
berlarian sajak-sajak acuh dari diri
mengejar kunang-kunang
terhenti di pangkuan rembulan

diri menunjuk acak
berteriak lantang tangisan teriris
di benak bergulir beribu taktik
licak licik tergelincir di kubangan
mengganggu tidur sang bunting yang telanjang

angka 0 di ubah menjadi dunia
kalimat dunia di ubah menjadi surga
kata surga tak layak untuk dia sebutkan
kata TUHAN enyah lah kau segera dari muka bumi ini


sinting,
linting,
bunting,
pesing,
usak,
usik,
asik,
bisik,

iblis kalian....
otak dan kontol berdekatan
logika dan kondom berpelukan

BANDUNG 24 JANUARI 2011

Bila akhirnya



Dan bila pagi ku terbangun
Masih kah aku bisa bernafas
Bila nyatanya dalam kesendirian ku tersadar
Masih bisa kah ku bersyukur

Hina, lebih hina dari binatang jalang
Hitam, lebih hitam dari lukisan buram

Lukisan diri yang bertumpu dengan dosa

Mencari
Pencarian terhenti
Berlabu
Diri pada lorong sunyi

Ku tinggalkan diri jauh ke dalam kenistaan

Bahagia ku antara dosa
Selalu ku teguk anggur dunia
Tak ku sadari kecupan wangi kehancuran
Hingga TUHAN beri tubuh ku kaku
Mulut ku bisu
Dan tubuh ku berjuba putih
Berbantal 7 bola bulat
Di temani bisik cacing dan tanah coklat peka

Kesendirian dalam kebodohan
Bandung 24 januari 2011

Kamis, 20 Januari 2011

puisi cinta dan keyakinan

bimbang
ragu
berbedat
guncangan yang dalam

sering larut dalam lumpur gelisah
lebih sering masuk ke lembah pertanyaan

ketika ku berkata ya aku cinta
sekejap aku berkata ya aku benci
ketika ku bicara ya aku yakin
sekejap aku berkeyakinan, ya aku ragu

cinta dan tuhan
sama-sama bentuk keyakinan
sama-sama wujud yang samar tapi nyata

lalu apa mungkin aku cinta kemudian aku benci?
apa harus aku yakin kemudian aku ragu?

penetapan standar yang bimbang yang tak terukur kadarnya

tapi yang ku tekan kan
ya aku beragama
aku memiliki tuhan
dan aku berkeyakinan yang utuh
tanpa ingin di putar balik oleh keadaan yang tak sesuai faidah ajaran agama ku.

Rabu, 12 Januari 2011

dan kemudian

merenung dalam tanya
dalam gelap relung jiwa

sisi hati terluka parah
sisi jiwa tersayat belati

mata sedikit meregang melihat sekitar
tak nampak bulan dan mentari menyapa
seperti layaknya sang peri kecil
menanti pangeran untuk di sunting

langkah milik siapa?
terseok lemah tak berdaya
waktu menuju kemana
sisakan penyesalan akan adanya penjumpaan