Rabu, 04 April 2012

puisi adinda, untuk keluarga

tinta berwarna biru kembali tertoreh
dalam balik semak belukar dia pun keluar
tanpa mengenakan sehelai pakaian
berlari mengejar cahaya terang yang hadir di mimpinya

tubuhnya membungkuk
menyusup di antara
kakinya tertatih
terseok bukan alasan karena

dalam perjalanan harapan, tak dapatkan sebulir pun ketenangan
kerinduan akan rumah, di tepiskan untuk sebuah pembenaran

hai yang tercinta disana
bukan diri ini enggan mengetuk pintu rumah
namun berikan waktu sedetik saja untuk bertelanjang di luar sana
sebelum akhirnya aku kan kembali dengan baju yang utuh dan bersih

kabar ku, terselip di antara doa
tak pernah luput bayang kalian di benak ananda
karna dzikir dan tasbih ku terucap untuk keselamatan dan lindungan yang kuasa
agar kelak bahagia tak kan ternoda