menangis bayi dengan empeng di mulutnya
memecah bising ricuh pergolakan malam
memekakan telinga kita yang sedang sibuk bercumbu
di antara kasur lusuh dan balutan selimut
mungkin lapar atau basah popoknya
sehingga gelisah mengusik mimpinya
dalam rasa yang sebentar lagi tinggi
terpaksa kita kembali kenakan pakaian
sayang aku lupa kenakan BH
ketika ku tetei' dia
wajahnya seperti enggan menghisap susu yang keluar dari putingku
mungkin karna tercemar aroma rokok saat kau juga menete' tadi
aah terpaksa aku harus ke warung sebelah
membeli susu sachset untuk sang buah hati
namun nyatanya disana para peronda sedang berjudi
dan aku pun lupa tak membawa lembar pengganti susu bayi
aah masih ada diri yang bisa di ganti dengan susu bayi
kujajakan untuk kedua kali diri demi sang buah hati
agar ia kembali bisa bermimpi malam ini
tanpa harus tahu bagaimana ibunya tadi
mungkin kalian bertanya ada apa dengan pak tani yang seringkali melamun di tengah padang ilalang? mengapa iya selalu menyapa sapi-sapi gembala nya.tak pernah lain dan tak juga bukan karna mimpi tak dapat di beli. sedang untuk makan sehelai ilalang saja dia harus terus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. tapi banyak juga yang tak pernah mengerti siapa pak tani ini
Senin, 12 Juli 2010
sajak EMOSI
ketika pola pikir di rasuki emosi
tak ada lagi malaikat datang pada diri
setan selalu membisiki
untuk terus menghujam dan mencaci
hal salah kita lakukan
bisikan akan kebenaran diabaikan
hujan batu dimana-mana
topeng berpakaian negara tak sanggup menghadang
tak henti deru ambulan disini
datang dan berlari lagi
dengan membawa jiwa yang berlumuran darah
ini salah siapa?
ini harus di tuntaskan
begitu perdebatan dalam berjuta lembaran media
mudah mulut berbicara
karna benar adanya lidah tak bertulang
ringan telunjuk mengacung dan menunjuk
karna urat tidaklah teraliri raga bersih
tapi coba tanya pada diri
akan apa yang telah membuat kita membenci
berperang kemudian kawan dan lawan mati
apa kita puas akan ini
akan setan yang kita bebaskan hidup pada diri
tak ada lagi malaikat datang pada diri
setan selalu membisiki
untuk terus menghujam dan mencaci
hal salah kita lakukan
bisikan akan kebenaran diabaikan
hujan batu dimana-mana
topeng berpakaian negara tak sanggup menghadang
tak henti deru ambulan disini
datang dan berlari lagi
dengan membawa jiwa yang berlumuran darah
ini salah siapa?
ini harus di tuntaskan
begitu perdebatan dalam berjuta lembaran media
mudah mulut berbicara
karna benar adanya lidah tak bertulang
ringan telunjuk mengacung dan menunjuk
karna urat tidaklah teraliri raga bersih
tapi coba tanya pada diri
akan apa yang telah membuat kita membenci
berperang kemudian kawan dan lawan mati
apa kita puas akan ini
akan setan yang kita bebaskan hidup pada diri
Langganan:
Postingan (Atom)