Minggu, 13 Juni 2010

#7

satu lagi kabar duka dari sebuah surat kabar
menceritakan tentang yang ganas dan yang tertindas
mungkin matahari sudah menyentuh bumi dengan sangat amat dekat jarak nya
sehingga titik didih pada diri kadang melonjak-lonjak

memaksa para pembajak sawah untuk menjual lahan nya
dan memberi kesempatan bagi para babi hutan untuk menghancurkan nya

lebih sakit lagi tentang cacing yang sering melakukan konser dalam ladang gersang yang sedang terbaring di tanah makam nya.

menunggu mati saja dia harus sesulit ini
bagaimana dia bisa bersahabat dengan cumbuan kemewahan?

serakah..
ya memang benar adanya
otak kita telah terasah belati
yang setiap menit dipaksa untuk menonton tayangan yang basi

demi ketenaran dan kejayaan semata..

lalu mengapa tak kau beri nama anak mu JAYA saja?

hah dunia.
kasihan tubuh renta ini terus di gali
entah sebenarnya mencari ujung yang seperti apa

sedang kan kita sebenarnya satu nadi
satu poros
dan satu tanah
juga satu tumpahan air

tapi mengapa kita menganggap hama pada siapa saja yang memandang...

rusak rupanya kali ini
belatung pun sebenarnya sudah enggan hinggap di sini
mungkin bila dia bisa berkata
" aku sudah terlalu gembul menggerogoti tubuh untuk yang keseribu kali mati karna emosi, konspirasi dan pergolakan dalam onani "

L.#1

saat kamu datang menyapa
aku berlari menjauh
takut-takut kala itu datang lagi
karna aku sudah sakit terpenjara dalam rasa

tak ingin ku lihat pelangi
karna mencumbumu hanya lah bayang
tak beda jauh dengan mengharapkan pusara air di padang oase

mati...
mungkin tak jauh beda itu
karna memang benar adanya aku kini sedang mengenakan baju serba hitam
berkabung dan sedang menguburkan diri dalam lubang semut